Sekelumit tentang cinta , saya
mempunyai syair :
Cinta
gila yang selalu didamba
Tidak
akan pernah menghasilkan apa-apa
Cinta
suci lebih agung daripada cinta gila
Kegilaan
cinta membuat akal berhenti bekerja
Layaknya
manusia yang tertidur selamanya
Dibuai
oleh manisnya hawaa
Cinta merupakan naluri bagi siapa saja
yang Allah karuniakan hati , karena dengannya cinta dapat terasa, menarik otot
pipi sehingga menghasilkan senyum ketika praharanya menerpa dada. Kekuatan cinta mampu merubah segalanya, hitam menjadi putih, kuburan menjadi taman,
neraka menjadi surga, panas menjadi sejuk, dingin menjadi hangat dan pasir
menjadi mutiara. Menurut ibnu Qayyim
Al-Jauziyah dalam Roudlotul Muhibbiin , cinta adalah hasrat kecenderungan
jiwa terhadap sesuatu, Ini mungkin ketika seseorang mencintai sesuatu maka jiwa
dan hatinya akan condong terhadap sesuatu yang dicintainya, setiap perkataannya
akan selalu mengarah ke orang yang dicintainya karena pecinta selalu ingin
membicarakan yang dicinta. Seolah mendapatkan kesegaran batin ketika yang
dicinta disebut namanya. Fikiran penuh
dengan nama yang dicinta, tidak mampu berfikir tentang apapun kecuali
memikirkannya. Inilah pemutus keproduktifan seorang pemuda ketika prahara ini
datang.
Teringat ada seorang syaikh yang berkata
“ Kalau diberikan pilihan antara jatuh cinta dengan tidak jatuh cinta, maka
saya akan memilih untuk tidak jatuh cinta”. Cinta adalah nikmat yang berbalut penyakit,
menghasilkan senyum yang diiringi keresahan , menciptakan tawa yang berbalut
tangisan dan kegalauan yang tidak ada obatnya selain berdamping dengan yang
dicinta. Cinta adalah kecenderungan
hati, matinya akal, penuhnya perasaan bagaikan suatu wadah yang telah terisi
penuh oleh air sehingga ketika diisi lagi, tidak akan mampu wadah tersebut
menampungnya. Tapi cinta bukanlah aib yang harus kita tutupi, bukan sebuah
bangkai yang harus kita jauhi dan bukan sebuah kebutuhan pokok layaknya makanan
yang harus kita konsumsi setiap hari untuk memperoleh kenikmatannya. Cinta
adalah sebuah naluri yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia dan binatang.
Cinta yang berefek seperti paparan diatas adalah ketika penempatan cinta tidak
sesuai kepada maqamnya, cinta yang dibalut nafsu, penuh tipuan, bagaikan racun
dengan rasa madu. Nikmat tapi pada akhirnya akan membunuh. Tidak lain adalah cinta
kepada makhluk dan semata-mata karenanya.
Mengelola Cinta
Cinta yang suci, membawa kenikmatan,
menenangkan hati dan membuat jiwa semangat adalah cinta yang dibingkai oleh
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta yang hakiki, cinta yang mulia,
adalah milik Sang Maha Cinta, Allah SWT. Mari kita renungi hadis qudsi ini ,
resapi bagaimana Sang Maha Cinta mencintai kita :
“ Sungguh aneh kamu
wahai anak adam, Aku ciptakan kamu namun kamu menyembah kepada selain Aku . Aku
beri kamu rizki namun kamu bersyukur kepada selain Aku. Aku berikan cinta-Ku
melalui nikmat-nikmat itu padahal Aku sama sekali tidak membutuhkanmu namun
kamu melakukan kebencian kepada-Ku dengan melakukan kedurhakaan kepada-Ku
padahal kamu sangat membutuhkan-Ku. KebaikanKu turun kepadamu namun kejahatanmu
naik kepada-Ku”.
Subhanallah, bagaimana Allah
mencintai kita. Menciptakan kita dari ketiadaan, kemudian memberikan kita
nikmat padahal sama sekali Allah tidak membutuhkan kita. Itulah cinta yang
hakiki, cinta Allah kepada makhluk-Nya pantaskah kita untuk tidak
mencintai-Nya, betapa hinanya kita yang malah membangkang-Nya dengan melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan yang telah jelas diperintahkan untuk menjauhinya.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah”(QS Adz Dzariyat 56.)
Banyak
yang salah mengartikan tentang hakikat beribadah, beribadah hanya untuk
menggugurkan kewajiban, menjalankan perintah. Itu semua memang dibenarkan, tapi
ada tingkatan yang lebih tinggi untuk memaknai ibadah, yaitu rasa syukur dan
cinta kita kepada-Nya yang telah menciptakan kita dari ketiadaan. Ibadah adalah
wujudnya, bentuk kongkrit cinta kita kepada-Nya.
Dengan cinta-Nya alam semesta
tercipta, dengan cinta-Nya manusia tercipta, dengan cinta-Nya manusia memiliki
cinta, dengan cinta-Nya manusia bisa hidup dengan damai di muka bumi yang oleh
Allah semua yang ada di dalamnya tercipta untuk manusia.
Uhibbuk Fillah
Allah mengkaruniakan cinta kepada
manusia, dan dengan cinta itu manusia bisa mencintai dari jenisnya. Cinta
dengan proses yang halal membawa manusia menjadi manusia yang suci. Cinta
karena Allah tidak dengan nafsu adalah cinta yang tidak akan membawa manusia ke
dalam jurang kenistaan dan akan membawa pelakunya menjalani cinta yang abadi di
surga-Nya nanti. Rasulullah bersabda “
Seseorang akan bersama orang yang dicintainya”
Rasulullah telah mencontohkan kita, bagaimana
kita menyalurkan cinta kita kepada makhluk karena Allah, cinta yang dilalui
dengan proses yang halal.
“Wahai para pemuda ,
siapa saja diantara kalian yang telah mampu memikul beban, hendaklah ia segera
menikah, karena hal itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan.
Sebaliknya siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena hal itu
dapat menjadi perisai”
Begitu
Ibnu Mas’ud menuturkan sabda Rasulullah SAW.
Menikah adalah jalan suci yang diridhai
untuk menyalurkan cinta kita kepada lawan jenis. Menjaga pandangan mata kita dari segala bentuk
hawa nafsu dan menjaga kehormatan kita dari bentuk dosa besar yang keji. Zina.
“ Nikahilah oleh kalian
wanita-wanita yang kalian senangi” (QS an Nisa 3)
Menikah
adalah salah satu bentuk pelestarian
kehidupan di muka bumi, dengan adanya cinta keberadaan manusia terlestarikan
sehingga menghasilkan generasi-generasi selanjutnya. Begitulah Allah menjaga
kehidupan manusia dari dahulu sampai sekarang dengan cinta-Nya. Dengan cinta-Nya
manusia memiliki cinta dan dengan cinta itu manusia mendapatkan kebahagiaan dan
kemampuan untuk melestarikan kehidupan di muka bumi. Wallahu A’lam.
0 komentar
Posting Komentar