Syafiul Anam. Diberdayakan oleh Blogger.

Terjemahkan

Perkenalkan

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Orang yang paling cerdik adalah orang yang selalu mengingat kematian dan senantiasa bersedia menghadapinya

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Blog ini adalah sebagai sarana menuangkan apa yang ada di fikiran saya , yang tentunya sesuatu yang bermanfaat. InsyaAllah. Semoga teman-teman dapat mengambil manfaat dari blog ini. Salam Syafiul Anam .

In The Name of Allah, Most Gracious, Most Mercifull

Kelembutan akan menumbuhkan kekuatan. Sifat keras akan melahirkan keretakan.

Sabtu, 04 Juli 2015

SESAK

Semu menyebar
Bergerak mendesak
Menghimpit sesak
Sempit.
Seakan menanjak ke langit

Apakah aku
Dikehendaki Tuhan sesat?
Mudah-mudahan tidak

Tapi sesak 
Tapi sempit

Jumat, 13 Maret 2015

Tatu

Mulut kelu hampir bisu
Hati pilu
Tanganpun kaku
Mata juga sayu
tapi kaki dituntut tetap melaju

Sudah Berderap-derap maju
Tapi masih jadi yang keseribu
yasudahlah, masih ada satu
satu yang belum layu
... anggrekku
ku harap selalu begitu
atau itu cuma semu
aku gak tau
lagian ini aku
sudah biasa tatu...

Sabtu, 14 Februari 2015

Purnamaku



Purnamaku....
Cahayamu mulai meremang
tidak. aku tau...
tabir selimut malam yang menghalangi
aku tau..
kau masih bercahaya 
seperti sebelumnya
bahkan lebih terang...

Purnamaku...
Anggun cahayamu bersinar
Membawakan pesan dari puncak malam
seperti berbisik di telinga
"mendakilah... mendakilah....
terus mendakilah....
malam ini tidak gelap...
aku akan menuntunmu, dengan hangat cahayaku.."

Malam ini...
Aku akan mendaki...
Sampai mentari pagi menenggelamkan...



Dibawah berkas purnama Jatinangor, 14 Februari 2015 22:36 WIB
Syafiul Anam


Senin, 02 Februari 2015

Remuk (Puisi)


hilang melahap sadar. mengoyak melumat
muntahkan secuil harap.
hilang ditelan ragu.

mengusung harap dipundak
tak terperi betapa berat
memanggul pedih untuk terbahak-bahak
hilang sekejap dikoyak luka
menghilang tak menyisa
hanya duka merenggut jiwa
hingga hilang dan menghilang



Rabu, 30 Juli 2014

FREKUENSI

Aku masih berkutat dengan sel-sel kotak dengan angka-angka yang rumit. Mengolahnya dengan fungsi-fungsi yang telah tersedia di menu, menjadi sesuatu yang bisa dicerna menjadi rangkaian kata yang disebut analisa. Kulihat teman-teman sekamarku sudah larut dalam mimpi indahnya. Aku mengamati mereka, “nyaman sekali pasti mereka, tertidur diatas kasur yang empuk dan selimut tebal yang nyaman”. Sementara  Aku masih saja berkutat di depan laptop dengan jari jemari yang terus menari-nari di atas keybord dan mata yang menatap layar beradiasi, bukan tatapan kosong tapi tatapan yang penuh arti.

Pukul 00.00 WIB, udara di luar berhembus menembus sela-sela pintu dan menyentuh bagian belakang leherku. Dingin sekali. Bukan hanya dingin tapi juga ditambah nuansa yang sunyi dan senyap. Tak terdengar suara apapun. Entah kenapa Aku merasa malam ini begitu mencekam. Tak seperti malam-malam biasanya. Aku berjalan keluar kamar. Benar sekali, Aku merasa ada yang berbeda dengan malam ini. Malam yang hening dengan langit yang dihiasi awan mendung, sama sekali tak terlihat bulan dan bintang, menambah gelap gulita. Dan yang lebih membuat benar-benar berbeda adalah udara yang berhembus seolah mengisyaratkan kehadiran sesuatu yang lain. Dingin ini bukan dingin biasa, dingin yang membuat perasaan tidak nyaman karena perasaan takut. Padahal biasanya saya merasa biasa saja meski sendirian di teras asrama di tengah malam. Tapi malam ini Aku merasa takut.

Dengan was-was Aku berjalan masuk ke kamar lagi. Aku lihat beberapa temanku masih tertidur pulas. Aku kembali ke depan laptop dan melanjutkan aktifitas. Pintu Aku tutup dan menguncinya rapat-rapat. “Sudahlah mungkin ini perasaanku sendiri  karena terpengaruh film Insidious yang beberapa hari lalu aku tonton”. Aku mencoba menenangkan diri.

Kreeek... kreeekkk... suara decitan bambu terdengar dari arah belakang jendela. Keras sekali suaranya, seperti ada yang sedang bermain-main dengan bambu. Sontak aku menghentikan aktifitasku. Medengarkan dengan seksama. Kreek kreeek ... suara itu masih terus berbunyi. Aku bingung apa yang harus Aku lakukan. Terlintas inisiatif untuk membangunkan teman-temanku yang sudah tertidur dan mengajaknya memeriksa bagian belakang asrama. Aku bangkit dari posisiku. Berjalan menuju tempat temanku tertidur. “ah rasanya tidak patut membangunkan seseoarang yang telah tertidur dengan alasan yang aneh, apalagi di tengah malam seperti ini. ini memang waktunya istirahat. Aku saja yang mendzalimi diri, masih terjaga di tengah malam seperti ini. andai tugas ini bisa di pending. Ah sudahlah” Aku mengurungkan niat untuk membangunkannya. Kreeeek kreekk ... suara itu masih saja terdengar. Jelas sekali.

Aku mencoba mengabaikannya. Tapi tak tahan. Konsentrasiku buyar memikirkan bunyi itu. Rasa penasaran meluap-luap tidak terbendung. Langsung saja ku buka jendela tepat di belakang sumber bunyi itu. Aku hanya melihat pohon bambu melambai-lambai tertiup angin tengah malam. “ah ternyata hanya suara decitan bambu karena angin”. Aku lupa bahwa dibelakang asrama adalah hutan bambu yang cukup lebat dan di sekelilingnya adalah pemakan umum.


Aku kembali memainkan jari-jemari diatas keybord. Tak terasa sudah satu halaman lebih Aku membuat tulisan dengan judul “4.3 Analisa Percobaan” yang berisi tentang analogi sistem pegas pada percobaan resonansi gas. Aku memikirkan dan membaca ulang tulisan. Mengecek apakah ada typo atau ada kalimat yang kurang dimengerti maksudnya. Aku menghela nafas. “fiuuuh,, ,huft....”. Bahkan gas pun mampu beresonansi ketika ada frekuensi luar yang sama dengan frekuensi alamiah gas tersebut.  Mungkin manusia juga sama mampu mengalami peristiwa resonansi dan bergetar ketika ada frekuensi luar yang sama dengan frekuensi alamiahnya. Lingkungan sekitar memberikan getaran dengan bermacam-macam frekuensi. Lingkungan kampus mempunyai frekuensi. Sahabat mempunyai frekuensi. Teman-teman mempunyai frekuensi. Dosen-dosen juga mempunyai frekuensi. Dan orang yang kamu sukai pun memiliki frekuensi yang lebih hebat dari semua itu. Semuanya memberikan getaran di diri kita. Tinggal kita yang memilih akan bergetar seperti apa. Tentu saja kita tinggalkan frekuensi yang buruk dan mendekati frekuensi yang baik agar menghasilkan resonansi yang juga baik, membuat getaran kita bermakna dan menghasilkan gelombang yang menghantarkan energi positif ke semua orang. 

Dan mungkin perasaan takut tidak beralasan tadi juga akibat getaran yang ditimbulkan dari frekuensi film horror yang Aku tonton .







Kamis, 01 Mei 2014

Sajak "Sama Saja"


Sama saja
Engkau bersamanya
Atau tidak bersamanya
Harimu tetap akan begitu-begitu saja
Bahkan nanti kau akan kecewa
Jika tetap bersamanya
Namun tanpa makna
Berbuat sia-sia
Yang tidak di ridhoi-Nya

Sama saja
Kau akan jadi orang biasa
Bukan seorang ksatria
Meski kau memberinya apa saja
Mengajaknya kemana saja
Sampai keliling dunia
Bahkan kau akan gundah gulana
Membuang waktu memikirkannya
Namun tidak bisa berbuat apa apa
Tidak memberi bahagia
Kehancuran jiwa di depan mata

Sama saja
Tidak ada yang beda
Meski kau tidak bersamanya
Bahkan kau bisa lebih dewasa
Dan keren luar biasa
Saat kau mampu menahannya
Untuk tetap taat kepada-Nya

Sama saja
Tidak akan begitu terasa
Meski engkau tidak bersamanya
Harimu akan lebih bahagia
Karena kau bisa melakukan apa saja
Yang lebih bermakna
Dan bermanfaat nantinya
Kau tunggu saja
Restu dari orang tua
Dan ridho dari-Nya
Duduk berdamping ria
Dihadiri semua keluarga
Itu baru beda rasanya

Tidak sama saja




Jumat, 21 Februari 2014

Sajak Ilalang


Ilalang lihai sekali bergoyang
Di terpa angin perlahan
Seorang anak berdiri
Menatap tajam
Hai Ilalang .. engkau begitu ikhlas
Mengikuti arah hembusan angin
Tanpa menolak

Apakah hidup seharusnya seperti itu ?
Mengikuti terpaan angin
Tanpa harus melawan
Atau ...
Seperti burung-burung
Yang berusaha Membawa ilalang kering yang diterpa angin
Mencabut dengan paruhnya
Sekuat tenaga
Membawanya terbang ke awan
Berlabuh di pucuk pohon
Yang tinggi menjulang
Menata rapi
Membentuk sarang
Untuk anak-anak yang mereka sayang

Apakah seperti itu?
Ah ... aku ikut angin saja
Seperti bahtera yang berlayar di lautan
Memanfaatkan angin takdir Tuhan
Untuk  berlabuh di tempat tujuan